CERITA RAKYAT?
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakat. Berkembang secara turun menurun (secara lisan).
Jenis - Jenis Cerita Rakyat:
1. Cerita Binatang (fabel): tokoh berupa binatang dan melakukan hal layaknya manusia. Merupakan metamorfosis kehidupan manusia.
2. Cerita Asal Usul (legenda): asal - usul terjadinya / terbentuknya suatu hal. Terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Asal - usul dunia tumbuhan
- Asal - usul binatang
- Asal - usul terjadinya konon tempat
3. Cerita Pelibur Lara: berfungsi untuk menghibur hati. Dikisahkan hal - hal indah penuh fantasi dan impian yang menawan.
4. Cerita Jenaka: berunsur lucu yang dapat membangkitkan tawa.
Manfaat / Fungsi Cerita Rakyat:
1. Hiburan : dengan mendengarkan cerita rakyat seperti dongeng, mitos atau legenda, kita seakan - akan diajak pergi ke alam lain yang tidak kita jumpai di kehidupan nyata.
2. Pendidikan : pesan atau nasehat akan lebih mudah diterima jika dijalin dalam cerita yang mengasyikkan, sehingga tanpa terasa para pendengarnya dapet meresap ajaran - ajaran yang terkandung dalam cerita tersebut.
3. Pengkokoh nilai - nilai sosial budaya
SASTRA MELAYU?
Karya - karya yang tersiar pada periode sastra tradisional atau sastra lama.
Jenis - Jenis Sastra Melayu:
1. Mantra (puisi yang berisi dunia gaib)
2. Pantun
3. Pantun berkait / seloka (setiap bait saling berkaitan)
4. Talibun (pantun yang berisi enam, delapan, sepuluh baris)
5. pantun kilat / karmina (pantun dua baris)
6. Gurindam / sajak pribahasa (pantun berisi dua baris)
7. Syair
8. Pribahasa
9. Teka - teki
10. Hikayat
11. Cerita sejarah / tambo
12. Dongeng (mitos, sage, fabel, legenda, dongeng lucu)
Fungsi Sastra Melayu:
Sastra Melayu Klasik digunakan oleh ulama di Nusantara menjadi media dakwah dan saluran menyampaikan pemikiran.Contoh Cerita Rakyat
Alkisah, di suatu desa di Bali, pernah ada sepasang suami istri. Si suami bernama Pan Kasim dan si istri bernama Men Kasim. Kedua hidup dalam kondisi yang papa yang mengandalkan pekerjaan sebagai pencari kayu bakar, untuk dijual atau ditukar dengan kebutuhan hidup sehari-hari.Berdasarkan cerita rakyat Bali, suatu ketika Pan Kasim menolong seekor ular. "Tolong, tolong, pohon ini menutupi lubangku. Aku jadi tidak bisa keluar," jerit ular dari dalam lubangnya.
Pan Kasim yang saat itu tengah bekerja, mencari kayu, segera mencari asal suara. Pan Kasim melihat dua batang pohon tengah menimpa sebuah lubang raksasa. Ternyata suara itu berasal dari sana. Sewaktu mendekat, sebuah kepala ular menyembul dari lubang raksasa itu. Pan Kasim sontak ketakutan, dan berniat melarikan diri. Namun, ular itu meminta tolong kepada Pan Kasim untuk tidak takut kepadanya.
"Hei, Tuan, janganlah takut," tukas si ular.
Begitu mendengar panggilan si ular, Pan Kasim yang semula berniat melarikan diri, langsung memberanikan diri menemui si ular.
"Hei, Tuan, tolonglah aku. Singkirkan pohon ini supaya aku bisa keluar," pinta si ular.
"Apa yang membuatku mau melakukannya?" tanya Pan Kasim.
"Hmm," si ular diam sejenak, "Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, apapun itu."
Pan Kasim memikirkan apa yang akan dimintanya. Setelahnya, ia berkata, "Baiklah, aku minta kau menjadikan aku dan istriku kaya raya."
"Bukan permintaan yang sulit," si ular memejamkan matanya beberapa saat, kemudian membukanya kembali, "Permintaanmu sudah kukabulkan. Sekarang, tolonglah aku."
Pan Kasim segera memindahkan pohon-pohon yang menutupi lubang raksasa itu dengan cekatan. Dalam tempo yang singkat lubang itu sudah tidak ada lagi penghalang yang menutupi lubang. Si ular keluar dengan bebasnya.
"Pulanglah, Tuan, semuanya sudah tersedia seperti yang kau pinta," kata si ular.
Saking gembiranya, Pan Kasim segera pulang menemui istrinya. Benar apa yang dikatakan si ular, semuanya sudah berubah seperti yang diinginkannya. Gubuk reyotnya kini sudah megah, makanan pun tersedia beraneka macam, istrinya sudah cantik dengan dandanan yang wangi.
Pan Kasim menceritakan ihwal kenapa hidup mereka bisa berubah.
***
Menjadi kaya mendadak, Pan Kasim dan istri menjadi bahan kasak-kusuk warga sekitar. Men Kasim menyampaikan hal itu kepada Pan Kasim. Yang lalu ditimpali dengan, "Biarlah, Bu, mereka hanya iri sama kita."
Tapi, tampaknya, kasak-kusuk itu tidak berhenti juga. Pan Kasim dan Men Kasim terpancing juga emosinya, tapi masih mereka pendam. Men Kasim meminta kepada suaminya untuk minta kepada si ular supaya masyarakat menghormati mereka.
Datanglah Pan Kasim kepada si ular untuk menjadikan, ia dan istri, raja dan permaisuri yang dihormati oleh orang-orang. Pan Kasim ditugaskan untuk menggantikan Raja yang sedang pergi jauh untuk bertapa. Si ular pun mengabulkan permintaan itu.
***
Setelah menjadi raja dan permaisuri, tidak ada lagi yang kasak-kusuk di belakang mereka. Semua orang tunduk di bawah perintahnya.
Namun, rupanya, permintaan terakhir Pan Kasim dan istrinya berbuah malapetaka. Selama beberapa waktu mereka memang menikmati peran sebagai raja dan permaisuri yang dikagumi semua orang. Setelah masa itu habis, secara perlahan-lahan kulit Pan Kasim dan Men Kasim terkelupas seperti terbakar matahari.
Men Kasim ketakutan setengah mati mengetahui hal itu. Ia takut ada apa-apa. Makanya, ia memerintahkan suaminya untuk menemui si ular. Pan Kasim segera menemui si ular.
"Tuan Ular, sepertinya kami memiliki masalah saat ini," tutur Pan Kasim.
"Masalah apalagi yang menimpa Anda, Tuan?" tanya si ular.
Pan Kasim menjelaskan permasalahannya. Dan juga menjelaskan maksudnya.
"Karena itu, saya mohon, jadikanlah kami matahari yang tidak terkalahkan!" pinta Pan Kasim. Ular itu menolak karena permintaannya yang berlebihan.
"Hai orang yang serakah, pulanglah!" jawab si ular.
Dengan perasaan kesal, Pan Kasim kembali ke istana. Setibanya di istana, ia melihat si raja telah kembali dari bertapa. Pada saat itu pula, kedudukan Pan Kasim sebagai seorang raja langsung dicopot. Pan Kasim dan Men kasim pun kembali ke rumah mereka di sebuah gubuk reyot dan kembali miskin karena keserakahannya.
Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa orang yang serakah akan menerima balasannya. Karena keserakahaan Pan Kasim dan Men Kasim terhadap harta, pangkat, dan jabatan, mereka pun kembali hidup melarat.